Minggu, 27 Januari 2013

Jeng-Jeng Tumbuh

Diposting oleh Pipit di 07.43 0 komentar


Sementara itu di dataran lain, Kebo di temaram malam berselimut sendiri menyadari kepergian Jeng-jeng.
“ini bukan kali pertama kau mencoba meninggalkan aku”.
“aku tak pernah mengerti maksudmu, tapi mana mungkin aku memaksamu berada di sampingku, sedangkan aku tahu kau tak pernah menginginkannya. Hanya saja, haruskah dengan cara ini kau memilih pergi, bahkan tak ada kata yang mampu kau jelaskan. Meninggalkan begitu saja, pastinya bukan hal yang baik, Apakah bahkan kamu masih bisa disebut manusia”.
Kebo menatap malam sayu, sebulir air keluar dari sudut mata kirinya.
“aku harap kamu mendapat apa yang kamu cari, Jeng. sekalipun mungkin aku bukan yang kau harapkan, tapi terima kasih atas waktu yang telah kita lalui bersama. Aku tak akan pernah memaksamu lagi”.
 ---

Langit yang hitam mulai disinari, cahaya kemerahan muncul di sudut timur, dan Jeng-jeng memutuskan terus berjalan.
“Maaf Kebo. Aku tak bisa lebih dalam dari apa yang kita jalani. Aku tak akan membawamu juga di suatu jalan yang aku sendiri belum mengerti. Sekalipun bersama akan lebih baik, tapi aku akan menjadi lebih egois jika tetap menyertakanmu untuk sekedar menemani dan pada akhirnya jika aku menemukan apa yang aku cari, aku akan tetap meninggalkanmu”.
“ada yang berkata bahwa sesuatu akan lebih baik tidak diungkap. dan jika benar demikian, mungkin ini salah satunya. ketika kita nanti bertemu kembali, kau berhak tidak mengenalku dan pura-pura tidak melihatku, aku pantas mendapatkannya, hanya berbuatlah seperti yang kau inginkan. bahkan manusia saja masih sanggunp mengucap maaf, tapi aku, aku mungkin tak layak disebut manusia”
Sejak saat ini, Jeng-jeng melangkah sendiri. Ia tidak menginginkan bertemu siapapun di jalan. Ia hanya ingin menemukan arah yang hatinya menuntun.
 

@aku_pipit Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea