Kamis, 28 Juli 2011

Jengjeng Membaca Ulang

Diposting oleh Pipit di 09.15
Jengjeng tersadar bahwa hingga sejauh ini ia masih belum memahami kemana arah membuat jejak, yang ia tahu ia punya tujuan dan berjalan mengikuti petunjuk dalam diri tanpa pernah membiarkan orang lain mengetahui dengan pasti. Jengjeng hanya melempar senyum dalam ketika orang bertanya "Kemana arahmu?", "Apa yang kau cari".

Jawaban-jawaban dalam yang terdapat di jantung Jengjeng sungguh tak bisa kata-kata merangkainya, ia tidak sederhana. Jengjeng memilih tidak menjawab dan membiarkan yang bertanya mengikuti punggungnya hingga nantinya mereka tahu, tanpa perlu penjelasan.



Pertanyaan adalah jawaban. Dikemudian hari.

Jengjeng menatap bias, kali ini ia tidak berselera melanjutkan tapakan. Ia membutuhkan sedikit rehat sekedar menghirup perlahan yang sudah terlewati.

"ini sudah terlalu lama, sejak cerita terakhir dibuat. mengapa bisa merasa di titik ini begitu lama" Jengjeng berbisik.

Masih di titik tebing melihat angkasa, sedikit jengjeng menoleh pada Kebo. Ia telah lelap di balutan malam.

Jengjeng diam kemudian tak lama ia menghampiri Kebo perlahan, jejak tanpa suara. Ia memilih duduk disekitar 3 meter dalam jangkauan Kebo sambil menatap kebo takzim.

"em, aku lebih nyaman mengatakan di seperti ini, karena jika kau bangun dan melihatku, aku pasti tak kuasa mengatakan sekata dan kata berikutnya".

Jengjeng memandang ke arah tanah lapang. Menarik nafas dalam, perlahan.

"Bo, ingatkah pertama kisah ini dibuat (Jengjeng tersenyum),

kala itu hari hujan, ikatmu berada di ujung jariku. Aku di bawah pohon pisang khayangan, kau kehujanan. tapi kau tak berteriak karena basah.




Kau kutinggalkan segera karena pisang khayangan membuatku berlari di pusarannya, bahkan aku berjalan jauh benar-benar meninggalkanmu sesaat halilintar datang,




sekalipun aku kembali menjempumu.

tapi aku pernah meninggalkanmu tanpa alasan.

hingga kemudian sampai di titik ini. Kau mau tak mau mengikutiku".

*angin berhembus lirih*

"kau bahkan tak mengerti kemana aku akan membawamu. kau bahkan tak seperti kebanyakan yang lain, yang bertanya apa dan kemana.

mengapa kau tak bertanya, bo?

*ada detak yang tertahan*

kau membuatku semakin terlihat tidak manusia...

bukankah aku terlalu mengikuti 'aku' daripada sekedar bertanya bagaimana 'kamu'"



Jengjeng mengatup mata, meminta kekuatan dari dalam.



"Bagaimana mungkin kau akan hidup mengikutiku, sementara aku sendiri tak mengerti kemana ujung semua ini.

Bagaimana mungkin kau bersamaku, sementara kau bisa menciptakan hidupmu tanpa aku, jauh lebih dari sekedar ini.

Harusnya aku tak membawamu di sejauh ini. Harusnya kala itu aku benar-benar meninggalkanmu tanpa perlu berbalik dan menyambut talimu"


"Kita telah bermain hujan bersama, kelaparan bersama, berlari mengejar duren, menyantapnya tanpa berpikir esok, tertawa tanpa alasan, bahkan jika yang lain bertanya mengapa kita tertawa, kita hanya tak peduli pada pertanyaan.

Kau telah begitu baik, mengikutiku tanpa tanya, mendengarkanku yang bahkan bercerita tanpa alas dan kau masih bertanya apa aku butuh waktu sendiri.

*jeda.....dalam*

kau jauh melihat aku dibegitu dalam.

sementara aku hanya memperlakukanmu sebagai batu sandaran..."

Jengjeng mematung sejenak.

"...aku harus dihukum atas perbuatanku ini".

Jengjeng berdiri, berbalik. Mengambil langkah pertama, kedua dan ketiga tanpa suara.

Jengjeng berbisik lirih
"Maaf membuatmu mengalami semua ini, bo.

Mungkin akan lebih baik jika kita melanjutkan di jalan yang kita punya masing-masing.

tanpa perlu kau terluka dan aku tak merasa".

Jengjeng melangkah masih tanpa suara
"bisakah kita tak perlu lagi bertemu,


kau berhak mendapat lebih dari sekedar hidup seperti ini".

Tanpa menoleh lagi, Jengjeng memilih pergi, meninggalkan Kebo di balutan malam, terlelap, sendiri, nyaris beku. Dan Jengjeng meneruskan langkah di berbagai arah.
"Terima kasih kebo" lirih di radius yang tak mungkin disampaikan jarak dalam satuan udara.

Malam melambat, menari dalam keheningan, berjalan tertatih.

0 komentar:

 

@aku_pipit Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea